Terbuang
Katanya,seorang ibu adalah bidadari surga yang turun ke bumi. Pun,ada yang berkata bahwa dia adalah malaikat tak bersayap yang akan memberikan kehangatan dan kedamaian bagi anak-anaknya. Seorang ibu rela menanggung pedihnya luka dan mengarungi derita demi anak-anaknya. Bahkan,jika kebahagia an itu harus ditukar dengan nyawa sekalipun,seorang ibu akan dengan senang hati melakukannya.
Nyatanya,itu semua tak berlaku untukku. Aku sendiri di sini,diam tak berdaya. Gigil angin subuh nyaris membekukan tulangku. Rintik hujan mulai membasahi tubuhku yang rapuh. Sayup kumandang adzan menyadarkanku. Seiring berakhirnya kumandang adzan,serak kuteriakkan laraku,parau kuserukan ketidak berdayaanku.
Tergopoh,seorang tuan baik hati bergelar marbot menghampiriku. Didekapnya tubuh rapuh tak berdayaku. Kalimat-kalimat toyyibah yang dilafazkannya menyejukkan kalbuku. Beberapa Tuan dan Nyonya bernama jamaah mengerubuniku,bergantian mengelusku dengan sayang. Seorang ibu meraihku,menghujaniku dengan kecupan lembut penuh kasih sayang. Air matanya luruh,jatuh ke wajahku. Ku tatap wajahnya yang mendekati senja. Dia bukan ibuku,tetapi pelukannya hangat menenangkanku. Tangisku terhenti,kuberikan senyum terbaikku untuknya.
Aku, ditemukan subuh ini,di depan pagar sebuah masjid. Aku diletakkan di sini,oleh seorang lelaki bermental pengecut bernama Ayah,yang konon adalah cinta pertamaku.Aku,ditinggalkan di sini,oleh seorang wanita berjiwa labil bernama Ibu,yang katanya syurgaku berada di telapak kakinya.
Aku...bayi yang terbuang.
Komentar
Posting Komentar