Sapi Kurban Emak

 


Emak, begitu kami selalu memanggilnya. Perempuan 55 tahun itu tinggal disebuah rumah berdinding batako berukuran 4x6 meter bantuan dari program Bedah Rumah. Emak hanya tinggal berdua dengan anak angkatnya, bernama Aco'. Anak yang dirawatnya sedari orok itu kini berusia 20 tahun. Aco' adalah pemuda yang rajin,sopan dan pintar. Sejak SD ia selalu juara kelas,tak heran bila ia mendapatkan beasiswa hingga ke perguruan tinggi. Suami Emak,sejak 35tahun lalu pamit ke Malaisya untuk bekerja,namun hingga saat ini tidak pernah kembali. Kabar terakhir mengatakan bahwa suami Emak telah menikah dengan salah seorang Puan di negeri jiran tersebut. Emak sakit hati,tetapi hanya bisa pasrah dan mengihlaskan segalanya. 

Untuk keperluan sehari-hari,Emak membuka warung kecil-kecilan dengan memanfaatkan teras rumahnya. Modal usahanya didapatkannya dari bantuan PKH. Selain itu,setiap tiga hari dalam sepekan, Emak akan berjualan sayuran di pasar tradisional di ibukota kecamatan. Sayuran itu hasil bercocok tanam di lahan milik Koh Aseng yang baik hati yang mengizinkan Emak untuk mengolah lahan kosong miliknya tersebut. Kangkung,sawi,timun,labu,tomat,cabe,singkong dan pisang kepok tumbuh subur di lahan berkat keuletan Emak dan Aco'. Meskipun hasil dari berjualan itu tidak seberapa tetapi itu cukup untuk menutupi kebutuhan mereka.

Emak telah lama ingin berkurban. Setelah lima tahun menyisihkan sebagian penghasilannya,akhirnya keinginan Emak bisa terwujud. Dengan bantuan panitia kurban,Emak dapat memperoleh seekor sapi yang sesuai dengan keuangannya. Sapi itu akan disembelih,setelah pelaksanaan sholat Ied. Emak tersedu dalam tangis haru saat melihat sapi itu ditambatkan di bawah sebatang pohon tempat pemotongan yang akan dilaksanakan empat hari lagi. Setiap sore emak akan datang mengelus dan memberi sapi itu makanan. Sambil memberi makanan, Emak mengajak sapi itu berbicara. Bahkan Emak menamai sapi itu Dalle' yang berarti rezeki.

Tibalah waktu penyembelihan. Di kompleks tempat tinggal kami ada lima ekor sapi yang akan disembelih hari ini. Sapi Emak diurutan ke-tiga. Saat tiba pada gilirannya,sapi Emak berulah. Mulai dari drama tidak mau berdiri,menendang kiri kanan petugas yang akan merubuhkannya,hingga drama tanduk sana tanduk sini. Aco' yang melihat kejadian itu segera memberi tahukan Emak. Bergegas Emak menuju ke tempat penyembelihan. Panitia kurban mulai panik,Dalle' semakin beringas tak mau didekati.

Melihat itu,beberapa warga mulai berbisik-bisik horror,Emak yang mendengarnya sedih. Tiba-tiba Emak maju mendekati Dalle' yang masih dengan mode senggol bacoknya. Emak semakin mendekat,beberapa panitia mencoba menghalangi. Emak berseru memanggil Dalle',ajaibnya Dalle langsung berbalik seolah-olah mengenali suara Emak. Emak mengelus kepala Dalle',diitatapnya kedua mata sapi kurban itu dan diajaknya berbicara. Seakan mengerti dengan perkataan Emak,Dalle' terlihat mengangguk sedih,bahkan tampak ada air mata yang mengalir di sudut mata kanannya. Lalu tanpa aba-aba,Dalle' secara sukarela merebahkan tubuhnya di atas tanah tepat dimana kedua rekannya tadi dieksekusi. Dalle terus menatap Emak,begitupun sebaliknya.

Prosesi pemotongan selesai. Dalle' sudah diam tak bernyawa. Emak terlihat mengusap sudut matanya yang basah. Senyum tipis terlihat di bibirnya. Emak bahagia,hajatnya telah terpenuhi.




Komentar

  1. Dengan berkurbin untuk menambah ke iklasan sekarang dan yang akan datang

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelatihan Dasar Blog, Aku Padamu

Anatomi Buku

Pertemuan Pertama_ "kau yang ku tunggu"