Menguak Dapur Penerbit Mayor
Bismillah....
Tahun 2019 merupakan tahun yang paling berat dalam dunia penerbitan buku, karena perubahan teknologi betul-betul seperti bayang-bayang kelam yang dapat melahap dunia penerbitan buku di Indonesia bahkan di dunia. Keadaan itu diperparah lagi dengan pandemi Covid yang menambah luluh lantaknya industri penerbitan di Indonesia
Beruntungnya sebelum pandemi, pemerintah telah mengeluarkan undang-undang perbukuan yang mencoba format baru digital untuk dapat dikembangkan di dunia perbukuan Indonesia.
Dunia penerbitan yang saat ini di bawah IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia), menjadi was-was dan memandang cukup berat tantangan ke depan dunia cetak dan produksi buku. Undang-undang no 3 th 2017 tentang sistem perbukuan, telah memberikan isyarat yang tegas akan hadirnya format media digital yang telah diberikan keleluasaan untuk secara bertahan menggantikan dunia cetak. Dipertegas lagi dengan keluarnya Peraturan Pemerintah no 22 yang keluar pada tahun 2022, telah memberikan petunjuk secara tegas untuk memberikan arah ke dunia digital di penerbitan
Atmosfir dunia penerbitan perlahan-lahan akan berubah, karena posisi penulis menjadi semakin strategis dalam industri penerbitan.
Hal tersebut membuat dunia penerbitan bergegas untuk mengubah haluan visi misi mereka ke arah yang lebih up to date, menyongsong perkembangan teknologi yang lebih cepat dibandingkan perkembangan dunia bisnis penerbitan secara umum. Beberapa penerbit yang tidak dapat mengikuti perkembangan jaman, akhirnya mencoba mengurangi intensitas terbitan bukunya, akhirnya berimbas pula ke jumlah produksi buku mereka, dan memukul pula pendapatan atau omzet buku mereka. Penerbit buku di bawah IKAPI adalah penerbit yang mementingkan UUD (Ujung-ujungnya Duit) untuk mempertahankan kelangsungan bisnisnya. Secara otomatis cash flow akan terganggu, sehingga banyak penerbit akhirnya berpindah haluan ke usaha yang lain.
Tahun 2020-2022 merupakan masa paceklik bagi industri penerbitan, akan tetapi berbeda dengan dunia penulisan yang justru marak-maraknya. Hal ini mungkin karena aktifitas kita dibatasi, sehingga banyak yang memberikan kesempatan untuk bekerja dari rumah (WFH)
Penerbit besar tidak kekurangan naskah selama pandemi, dengan angka naskah masuk yang masih stabil. Akan tetapi angka penjualan yang turun hingga 90%, dimana toko buku sebagai outlet utama kami banyak yang tutup. Sekolah dan kampus sebagai sumber pendapatan kami juga melakukan proses belajar mengajar secara daring.Produksi buku reguler sempat terhenti, sehingga banyak penulis yang mempertanyakan masa depan penerbitan di Indonesia secara umum.
Namun ternyata tidak semua tema buku, ternyata bisa digantikan oleh digital, hal inilah yang memberikan harapan baru penerbit untuk masih tetap memertahankan lini bisnis bukunya. Titik balik (rebound) pasar buku yang lesu tampaknya sudah mulai terasa mulai awal tahun 2022 ini, sehingga beberapa penerbit yang terlanjur mengurangi produksi bukunya bisa tertinggal oleh penerbit yang masih konsisten memertahankan produksi bukunya.
Data-data pemasaran tidak pernah bohong, bahwa beberapa buku dengan tema yang khas ternyata masih sangat baik di pasar. Nah para penerbit saat ini sedang gencar untuk tetap mempertahankan lini bisnis, yang memang telah teruji oleh perubahan jaman. Hal ini memang membutuhkan dana yang luar biasa besa untuk mencoba menggali lebih dalam pasar-pasar buku yang tidak tergoyahkan dengan perkembangan teknologi yang begitu gencar. Di dalam dunia Start-up dikenal dengan strategi bakar uang, nah di penerbit-penerbit masih mencoba untuk melakukan beberapa penelitian tema yang masih tetap baik di pasar.
Tema yang menjadi primadona ke depan adalah berkaitan dengan kurikulum baru Merdeka Belajar
Toko buku saat ini sudah mulai kembali menggeliat, peluang terbit di lini toko buku memang cukup berbeda dengan lini sekolah maupun kampus.Tema buku yang menjadi andalan Toko Buku saat ini adalah tema buku non teks, seperti buku Anak, Buku Motivasi dan Agama, Fiksi, hingga buku Masak yang masih nangkrin di 10 besar data buku terlaris di setiap toko buku di Indonesia
Yang menjadi permasalahan klise di dunia penerbitan adalah masalah modal beserta pembiayaan produksi buku yang cukup besar nulainya dalam sebuah proyek terbitan satu judul buku.
Konsep dasar pembiayaan dalam penerbitan buku, adalah penerbitnya yang membiayai. Nah karena banyak tulisan yang tidak sesuai dengan misi dan visi penerbit akhirnya tidak dapat terbit. Karena banyaknya buku yang ditolak penerbit, akhirnya penerbit memberikan skema lain dalam penerbitannya. Misalnya dibiayai oleh penulisnya sendiri, baik melalui skema dana pribadi, CSR Perusahaan, Dana Penelitian Daerah, Dana Sekolah dll.
Skema penerbitan Indi, sempat marak saat pandemi, dengan pembiayaan dari penulis akhirnya sebuah naskah dapat diterbitkan.Maraknya penerbitan indi ini ternyata memicu permasalahan yang lain yang belum pernah terjadi selama saya berkarier di dunia penerbitan yaitu menjadi langkanya nomor ISBN di perpustakaan nasional.
Geger ISBN pun menjadikan permasalah literasi di Indonesia menjadi sorotan dunia. Begitu besar semangat untuk menulis di Indonesia menjadikan nomor ISBN pun tidak kuasa menerima energinya. Apakah benar begitu? Ternyata ada anomali yang tidak wajar terjadi didunia perbukuan di Indonesia. Wadah ISBN yang biasanya tersedia dengan mudah untuk mendapatkannya, saat ini menjadi nomor mewah yang cukup sulit untuk mendapatkannya. Mengapa bisa demikian, hal ini karena dipicunya keinginan menulis buku hanya untuk mengejar angka kredit semata, tidak memikirkan apakah tulisan tersebut disebarluaskan ke masyarakat seperti amanat undang-undang perbukuan 2017.
Manfaat ISBN berdasarkan presentasi Perpustakaan Nasional:
Struktur utama ISBN, pada publication element
Aturan baru pemerintah tentang jenis buku yang di terbitkan:
Syarat utama naskah dapat diterima oleh penerbit mayor:
- Syarat utama adalah otentik, mengikuti kaidah buku ajar (untuk buku pelajaran), mengikuti trend ( dapat ditelusur google trend https://trends.google.com/trends/?
Trik yang dapat dilakukan oleh penulis pemula agar naskah dapat diterima dengan cepat penerbit mayor:
- Naskah harus berani diusulkan ke penerbit
- Tulislah buku berbarengan dengan tema yang menarik, seperti kurikulum baru, merdeka belajar, pelajar Pancasila, Pengembangan Soft Skill untuk anak didik kita. Buku-buku pengayaan dan hard skill juga masih berpeluang untuk di ulik.Buku yang trend nya tidak surut adalah buku Fiksi (novel) dan buku anaik.
Cara yang dilakukan penerbit Mayor bisa tetap survive hingga saat ini :
👉Penerbit mengalihkan jualannya ke jualan online, sehingga banyak market place yang kami gunakan untuk menyalurkan produksi buku yang sudah tercetak. Saluran pemerintah masih cukup kuat untuk menopang cash flow penerbit. Tentunya penerbit yang mempunyai modal judul buku yang banyak, lebih mudah bertahan. Kami mempunyai sekitar 50rb judul terbit sehingga lebih leluasa memilih atau meramu judul buku untuk proyek pemerintah.
Trik agar buku bisa laku terjual dan bisa diterima oleh penerbit
👉Trik yang paling mujarab memang Content is the king sehingga secara organik buku tersebut akan mandiri jualan sendiri. Tapi memang seribu satu buku tersebut. Untuk mendongkrak penjualan biasanya penulis dapat menggunakan jurus klise ATM - Amati Tiru Modifikas dari buku-buku Best Seller Terus rajin menulis berbarengan, supaya nama kita bisa nyangkut di Google, sehingga penerbit dapat meliriknya saat googling.
Ketebalan halaman buku menurut UNESCO
👉Menurut aturan UNESCO, ketebalan halaman sebuah buku adalah 40 halaman. Akan tetapi penerbit tidak menggunakan acuan tersebut, banyak buku anak 12 halaman yang laku. Buku 1000 halaman juga bisa laku jika memang sangat dibutuhkan pembaca.Buku Farmakope jumlah halamannya lebih dari 1000 akan tetapi banyak dicari oleh pembacanya yaitu dokter, ahli obat, farmasi, rumah sakit, perawat dll
KESIMPULAN
Penerbit adalah lembaga yang mencari profit, dan mempunyai idealisme dalam menerbitkan bukunya sesuai dengan visi misinya. Penulis dapat mengikuti idealisme penerbit dalam menghasilkan buku yang akan dinikmati oleh pembacanya. Kirimkan usulan penerbitan buku, supaya ide Anda dapat ditangkap penerbit dan disebarluaskan ke pembaca.
Komentar
Posting Komentar