Talak (Astiti 5)

 


Plak...plak...plak...

Tiga tamparan mendarat di pipiku. Aku terjatuh,sudut bibirku pecah, pandanganku berputar. Suara barang pecah yang dibanting membuat Puspa terbangun dan menjerit ketakutan. Sambil merangkak kuraih anakku, kudekap erat.

"Selama seminggu ini aku terus merenung tentang hubungan kita. Aku berfikir aku salah, aku keterlaluan karena mengucap kata cerai hari itu. Aku bahkan sampai melawan ibu. Aku berfikir bahwa aku harus pulang dan meminta maaf padamu. Tetapi, semalam aku mendapatkan foto-foto itu. Kamu keterlaluan Titi.

" Mas,tolong dengar dulu,"isakku.

" Astiti, hari ini aku ceraikan kamu, aku talak kamu, talak tiga. Kita tak ada hubungan apa-apa lagi".

Tepat setelah Mas Tama mengucapkan talaknya, Ardan menerobos masuk disusul Pak RT dan Bu RT serta Wa' Kardi pemilik kios depan rumah. Dirga segera berlari memelukku. Bu RT segera meraih Puspa yang masih menangis dipelukanku,dipeluk dan dielusnya punggung bayi mungil empat belas bulan itu. Ardan memelukku,dadanya bergetar menahan kemarahan. Kusembunyikan wajahku di dadanya. Aku malu, penampilanku acak-acakan, jilbab yang tadi kukenakan entah kemana,daster panjang yang kupakai tersingkap menampakkan betisku. Aku benar-benar malu, tapi di atas rasa malu itu, hatiku sakit tak terkira.

Kami berkumpul di ruang  tamu. Puspa sudah kembali tenang dipelukan Bu RT. Dirga masi terisak memelukku diusapnya pipiku yang masih terasa kebas dengan tangan mungilnya. Aku duduk di samping Ardan. Di depanku Mas Tama,Kak Tami dan Ibu mertuaku nampak shock saat pak RT menjelaskan tentang kejadian yang sebenarnya. Ardan ikut menjelaskan tentang foto-foto itu,sementara wa' Kardi hanya geleng-geleng kepala melihat kekacauan kami. Ternyata wa' Kardi yang mendengar keributan itu, segera berlari ke rumah pak RT untuk melapor. Tadi Ardan ditemani Dirga ke rumah pak RT untuk berpamitan sebab besok pagi dia akan kembali ke Kalimantan.

"Maafkan Mas,Titi. Tak seharusnya Mas terbawa emosi, seharusnya Mas bertanya terlebih dahulu, seharusnya Mas lebih mempercayai kamu",kata Mas Tama mengiba. Aku hanya terdiam. 

"Seharusnya Mas Tama tidak tersulut emosi. Aku sangat kecewa, aku sangat marah dan ingin menghajar Mas Tama, tapi aku tak bisa melakukan itu. Kak Titi sangat mencintaimu,memukul Mas Tama sama halnya aku menyakiti hatinya. Lagi pula,Ayah tidak pernah mengajarkan kami untuk menyelesaikan masalah dengan kekerasan. 

"Ardan, Mas minta maaf, Mas telah salah faham. Mas benar-benar tidak tahu tentang kedatanganmu. Astiti,beri Mas kesempatan,Mas akan memperbaiki semuanya,kita mulai semuanya dari awal lagi", katanya berusaha meraih tanganku. Segera kutarik  tanganku kusembunyikan dibalik genggaman tangan Ardan adikku.

" Maaf  Mas, sekarang kita bukan mahram lagi, talak tigamu telah mengakhiri hubungan kita", kataku. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelatihan Dasar Blog, Aku Padamu

Anatomi Buku

Pertemuan Pertama_ "kau yang ku tunggu"