Rumpi Booster
Pagi ini,aku merasa agak kurang sehat. Badan terasa lesu. Mungkin efek dari begadang beberapa malam ini. Seperti kata Bang Haji Rhoma,"terlalu banyak begadang muka pucat karena darah berkurang",seperti itulah gambaran keadaanku sekarang. Namun,berhubung karena hari ini aku harus menghadiri sebuah pertemuan sosialisasi di kota,maka mau tidak mau aku mengabaikan rasa lesu itu. Segelas air hangat bercampur madu dan tujuh butir kurma menjadi konsumsi awalku pagi ini.
Pukul 07.30,dengan diantar oleh si Abi,suamiku,akupun berangkat menuju ke kota. Dengan gagahnya si butut roda dua kesayangan meluncur membelah jalan beraspal yang sudah ramai. Percakapan ringan menemani perjalanan kami,beberapa candaan recehnya tak ayal membuatku tertawa,cubitan kecil dan tepukan ringan di punggung sesekali kuhadiahi untuknya. Tujuh belas tahun bersama tak memudarkan romantisme kami. Ternyata apa yang dikatakan oleh Ruben Onsu itu benar adanya,bahwa kebahagiaan itu sederhana,gengsilah yang membuatnya menjadi mahal.
Sekitar dua puluh menit berkendara,perjalanan kami terhenti sejenak. Di depan kami ada sweeping,beberapa kendaraan tampaknya sudah diberhentikan terlebih dahulu. Ternyata sweeping untuk vaksin booster. Dan aku termasuk dalam salah satu yang terjaring dalam sweeping itu. "Alamat telat mengikuti pertemuan nih,"bisikku.Gelisah tentu saja.Tapi aku tak kehabisan akal,segera kutunjukkan surat undangan pertemuan dan surat tugas dari instansi tempatku bekerja,dan...tadaaaaaa...aku duluan. Maaf yah Bapak Ibu,bukan maksud untuk menyerobot,tetapi pertemuan hari ini betul-betul sangat penting dan menyangkut masa depan generasi bangsa. "Tekanan darah Ibu agak rendah tapi masih aman,banyak istirahat yah,Bu!"pesan dari Ibu Polwan yang tadi memeriksaku. Segera kami kembali meluncur menuju ke tempat sosialisasi akan diadakan. Alhamdulillah,kami tiba dengan selamat dan tepat waktu.
Setelah istirahat untuk sholat dhuhur,pertemuan kembali dilanjutkan hingga pukul 14.00,aku merasa semakin lesu dan agak lemas.Segera kuhubungi si Abi untuk menjemput setelah sebelumnya kuceritakan tentang keadaanku. Tepat setelah kegiatan ditutup oleh moderator,pesan dari si Abi datang mengabarkan bahwa dia sudah ada di tempat parkir. Mengingat keadaanku yang kurang sehat,si Abi memutuskan datang dengan menggunakan roda empat. Pelan,di bantu oleh teman,ku langkahkan kaki menuju tempat parkir setelah sebelumnya berpamitan kepada rekan-rekan yang lain.
Malam hari,selepas sholat Isya, beberapa tetangga datang bertamu. Bapak-bapak duduk di teras bersama si Abi,sementara Emak Tiga Sepaket langsung masuk ke ruang keluarga.
"Kami dengar katanya Umi' sakit habis di booster,"kata Bude Ochi
"Bukan karena habis di booster Bude. Tensi saya agak rendah,beberapa malam ini begadang. Tapi bukan begadang yang macem-macem,"jawabku. Sengaja ku tekankan kata bukan macem-macem karena aku khawatir mereka akan membawa kata' begadang' itu menjadi sesuatu yang....
"Memangnya Umi' tidak takut di booster? Katanya,ibu menyusui kalau habis vaksin ASInya akan berkurang bahkan sampai hilang",lanjut bude Ochi lagi.
"Insyaa Allah tidak Bude. Kemarin waktu vaksin pertama dan kedua,si kecil masih usia beberapa bulan,alhamdulillah produksi ASInya tetap lancar kok Bude".
"Kalau Bude, sampai saat ini masih takut untuk vaksin lagi. Jadinya main kucing-kucingan kalau ada sweeping,"Bude Ochi nyengir.
"Kenapa mesti takut Bude? Booster ini sama halnya dengan vaksi satu dan dua,tidak berbahaya. Demam dan mual itu hanya efek samping saja.Yang penting setelah vaksin banyakin istirahat dulu".
"Saya sebenarnya juga takut vaksin booster. Tapi kemarin waktu di Polres saya beranikan diri,ternyata tidak seseram yang torang bayangkan selama ini. Lengan sempat kram sabantar,setelah bermalam nyanda berasa apa-apa lagi,normal seperti biasa,so boleh di bawa konser di dapur lagi,"kata tante Salma.
"Vaksin yang di Polres itu bukannya yang ada minyak goreng murahnya?"tanya Budhe Ochi.
"Iya. Makanya kemarin itu saya wajibkan juga paitua (suami) sama serdadu-serdadu di rumah untuk ikut vaksin,lumayan toh,dapat minyak goreng murah,"kata tante Salma sambil cekikan. Saya ikut tertawa mendengar tante Salma menyebut anak-anaknya sebagai serdadu.
"Mama Opo' sudah di booster juga, kan. Sakit juga setelahnya?"tanya Bude Ochi pada Mama Opo' yang sedari tadi asyik mengunyah. Hening. Mama Opo' tetap asyik sendiri.
"Tunggu,sa habiskan dulu ini brownis,kasihan,nanti dia merajuk kalau dibiar-biar",katanya kalem.
"Ini sepertinya terbalik. Bukan yang sakit yang dibawakan kue,malah ini yang ba jenguk yang kase' habis hidangan,"seloroh tante Salma sambil geleng-geleng kepala.
"Saya mau bage rahasia,tapi janji jangan ada yang bilang sama Papa Opo'?"bisik Mama Opo'. Kami langsung berpandangan satu sama lain lalu mengangguk hampir bersamaan.
"Itu hari,setelah saya di booster,saya hanya pura-pura sakit. Saya tipu mentah-mentah itu Papa Opo'. Saya bilang badanku sakit semua,tulang-tulang seperti remuk. Empat hari saya tidak keluar-keluar dari kamar,baring terus. Panik dia sampai mau menangis. Semua pekerjaan rumah dia yang bereskan".
"Memangnya Papa Opo' tidak curiga?"tanyaku.
"Nyanda,karena pas waktu itu saya juga kena flu,sa paksakan muntah toh,Papa Opo' langsung panik. Dia bilang sembuh cepat,apa yang ngana (kamu) minta nanti sa usahakan kase'. Langsung noh sa minta ditambahkan uang modal order barang,"terang Mama Opo' penuh semangat. Kami yang mendengarnya langsung tertawa.
Ah, Mama Opo' ada-ada saja ulahnya.
Komentar
Posting Komentar