Tuduhan (Astiti 4)
Sudah sepekan ini Mas Tama tidak pulang. Nomornya mendadak susah dihubungi. Chat yang kukirim,jangankan dibalas dibaca saja tidak. Ibu mertua dan Kak Tami pun tidak bisa dihubungi. Padahal aku ingin mengabarkan bahwa Ardan,adik bungsuku akan datang menginap. Dia sedang ada proyek dan akan bertemu dengan kliennya di kota ini. Sejak pernikahanku dengan Mas Tama,ini kali pertama adikku datang berkunjung. Memang selama ini,setiap lebaran akulah yang akan menyambangi ibu dan adik-adikku di Kalimantan. Sementara mas Tama akan memilih berlebaran bersama keluarganya kandungnya. Selama lima tahun pernikahan kami,terhitung baru dua kali Mas Tama meluangkan waktu untuk bertemu keluargaku. Pertama saat akad nikah dan yang kedua setahun yang lalu saat acara aqiqahan putri kedua kami, Puspa, yang memang diadakan di sana.
Karena nomor Mas Tama tidak bisa dihubungi, aku akhirnya melapor ke Pak RT tentang kedatangan adikku, tak lupa aku melakukan VC dengan ibuku di depan pak RT untuk lebih meyakinkan bahwa Ardan benar adik kandungku. Aku hanya tidak ingin ada kesalah fahaman diantara warga, karena ada lelaki yang mereka anggap asing di rumahku saat Mas Tama tidak ada di rumah. Ternyata peristiwa aku ditampar ibu mertuaku sudah diketahui oleh beberapa warga. Beberapa tetangga sedang berbelanja di warung Wa' Kardi yang letaknya tepat di depan rumahku melihat kejadian itu. Aku baru ingat, pintu memang tidak tertutup saat itu dan kejadiannya di ruang tamu. Ada rasa malu menghinggapi, masalah rumah tanggaku menjadi konsumsi publik. Ibu RT memeluk dan menyabarkanku. Aku tersenyum getir, sedangkan Ardan adikku hanya mampu tersenyum iba melihatku.
Aku baru saja menidurkan Puspa di kamar tamu, kamar yang ditempati Ardan ketika pintu depan dibuka dengan kasar. Aku segera keluar untuk memastikan apa yang sedang terjadi.
" Astiti..., siapa laki-laki itu, kau sembunyikan di mana dia, hah?" bentak Mas Tama
" Lelaki yang mana, maksud Mas apa?".
" selingkuhanmu... siapa lagi?"sambar Kak Tami.
" Astagfirullahal adzim Kak, jangan bicara sembarangan. Aku tak sehina itu".
" Jangan sok suci kamu, ini buktinya," bentak Kak Tami menyodorkan HPnya. Terlihat fotoku semalam saat dipeluk Ardan di Taman Kota. Lalu beberapa foto yang lain, termasuk foto saat Ardan menggendong dan mengecup pipi Puspa. Namun,foto-foto itu hanya menunjukkan punggung Ardan ataupun hanya terlihat dari samping. sementara wajahku terlihat secara sempurna.
" Bukan maen, bahugel (selingkuh,bahasa manado) sambil bawa anak, niat sekali mau mendekatkan mereka atau jangan-jangan Puspa itu memang anaknya dia", sinis ibu mertuaku.
" Astagfirullahal adzim Ibu...".
" Katakan dimana dia Astiti", bentak mas Tama desentaknya lenganku kasar.
" Sakit....sabar Mas,dengar dulu......."
Namun omonganku tak didengar lagi,segera Mas Tama menghempas pintu kamar tamu. Didapatinya Puspat tertidur, sementara beberapa pakaian Ardan tergeletak di kasur. Kemarahan semakin terpancar dari sorot matanya. Ditariknya jilbab yang kupakai sampai terlepas.
Plak....Plak....Plak...
Bersambung
Komentar
Posting Komentar