Gadis Gula Merah


Namanya Aprilia,penghuni kompleks sebelah. Gadis manis berusia empat belas tahun,berkulit gelap dan berlesung pipi. Saya mengenalnya baru sekitar dua bulan lalu. Bude Ochi yang mengenalkan kami. Hari ini dia datang sambil menjinjing keranjang besar. Dilihat dari postur  tubuhnya yang miring sebelah,bisa ditebak bahwa beban yang dibawanya cukup berat. 

    "Bawa apa,Ril,"sapaku

    "Oh...ini Bu,saya bawa gula merah,"jawabnya lalu meletakkan keranjangnya.

    "Punya siapa?

   "Ini buatan Bapak saya,Bu. Semalam baru selesai dicetak,pagi-pagi dibungkus sama Emak supaya bisa langsung dititip di kios Koh Achen. Tapi iseng-iseng saya bawa keliling dulu. Siapa tahu Ibu minat,lebih murah daripada harga di kota Bu"lanjutnya seraya menyebutkan harga.

    "Loh,katanya mau dititip di kios,"tanyaku heran.

  "Iya,Bu. Tapi kalau dititip di kios,uangnya baru bisa diambil kalau barangnya sudah habis terjual,padahal kami butuhnya cepat,"ada nada sendu di suaranya.

   "Ada yang mendesak,"tanyaku penasaran.

 "Beras di rumah hampir habis,Bu. Selain itu,saya juga mau beli seragam pramuka baru. Seragam yang sekarang sudah sempit,maklum...warisan tetangga,Bu,"ucapnya malu-malu."Mumpung tahun ajaran baru masih sebulan lagi,kalau sudah mepet waktu,harga seragam sudah lebih mahal,"sambungnya.

  "Kamu sudah lama jualan gula merah?"tanyaku penasaran. Maklum, saya jarang main ke kompleks sebelah,jadi kurang tahu latar belakang warganya.

   "Lumayan,Bu. Tapi bawa keliling baru hari ini. Siapa tau rezekinya di sini. Sebenarnya agak risih,Bu. Apalagi tadi ada yang sempat usil menyebut saya emak-emak karena nentengin keranjang belanjaan Emak. Tapi saya tulikan telinga,kuatkan hati,bulatkan tekad. Malu tidak membuat kami sekeluarga kenyang,yang penting kerja halal dan tidak merugikan orang lain. Benarkan,Bu?"tanyanya.

  Ku tatap wajah itu seraya tersenyum. Gadis yang tangguh.Ku hitung jumlah gula merah yang dibawanya,tiga puluh biji. Segera ku serahkan tiga lembaran berwarna merah ke tangannya. 

   "Serius? Ibu ambil semuanya?Ibu mau bikin hajatan?"ucapnya keheranan.

  "Bukan saya Ril. Kebetulan ada teman yang mau bikin hajatan,tadi pagi nelpon minta tolong dicarikan gula merah. Nah,kebetulan kamu datang,momen yang pas.Kembaliannya buat kamu saja,"jawabku. Ku lihat matanya berkaca-kaca. Senyumnya mengembang. Berkali-kali ucapan terimakasih itu dia lontarkan sebalum melangkah pulang.

    

Komentar

  1. Pucuk dicinta ulam pun tjba. Kebetulan yang manis.. semanis gula jawa, penjual, dan pembelinya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Blog Sebagai Sarana Pembelajaran

Pertemuan Pertama_ "kau yang ku tunggu"