Sengketa Hati


"Jadi, saya harus bagaimana,Kak?"tanya Lulu
"Tanya pada hatimu,bayangkan bagaimana seandainya kamu berada di posisi wanita itu,hubungan mereka sedang tidak baik-baik saja sekarang. Meskipun itu bukan karenamu,tetapi bisa saja kamu yang akan jadi tertuduhnya "ucap Gian.
"Tapi sumpah Kak,saya tidak ada niat sama sekali. Selama ini saya membalas chatnya hanya sekedar menyambung silaturahim saja,"jawab Lulu sendu.
"Kakak tau dan sangat percaya sama kamu,tapi apakah orang yang di luar sana punya pendapat yang sama dengan Kakak? Sebagian orang hanya akan menghakimi tanpa mau mendengar penjelasan. Apa kamu yakin kalau Emir hanya akan menganggap bahwa komunikasi kalian belakangan ini hanya sebagai silaturahim biasa? Bisa saja Emir akan menanggapinya lain. Kakak tidak ingin kamu terjebak,jangan sampai rasa itu kembali hadir karena seringnya kalian bertukar pesan. Jangan sampai terjebak pada rasa yang salah. Kakak tidak ingin kamu terluka lagi,"jawab Gian seraya memeluk adik ipar semata wayangnya.  

                                                                          ****************

Lulu duduk termenung menatap langit senja. Percakapannya dengan kakak iparnya sepekan lalu terus berputar di benaknya. Selama sepekan dia terus merenung langkah apa yang harus ditempuhnya. Ingatannya kembali ke peristiwa dua tahun lalu,ketika Emir,sang pujaan hati mendadak tidak bisa dihubungi. Lalu sebulan kemudian,tiba-tiba muncul dengan seorang gadis yang diperkenalkannya sebagai calon istri. Dan parahnya,si gadis adalah Lea,temannya sendiri. Teman yang selalu menjadi saksi perjalanan kisah mereka. Teman yang selalu menemani setiap mereka bertemu. Hati wanita mana yang tak hancur dengan penghianatan sebesar itu. Emir adalah lelaki pertama yang berhasil mengetuk pintu hatinya. Lelaki yang memberi warna lain dalam hidupnya namun,pada akhirnya juga menjadi pemberi rasa sakit yang tak terkira.
"Sejak kapan?"tanya Lulu waktu itu.
"Sejak setahun lalu,"jujur Emir.
"Kita jadian dua tahun dan kalian bersama sudah setahun? Tega kalian. Kurang pengertian apa aku sama kamu,Mir? Salahku apa Lea?"isaknya.
"Maafkan aku Lu,semuanya terjadi begitu saja dan aku tidak bisa membohongi diri sendiri kalau aku juga mencintai Emir,"jawab Lea,ada isak di sela suaranya.
"Maaf Lu,kamu sama sekali tidak memiliki kekurangan dalam hubungan kita,kamu baik,kamu sopan, tapi justru itulah yang membuat aku merasa bahwa hubungan kita sangat datar,tak ada sisi romantisnya. Perginya selalu rame-rame atau paling tidak harus bertiga.Kamu tidak pernah mau aku ajak jalan berdua,kalupun mau pasti maunya di tempat umum. Padahal aku ingin seperti pasangan lainnya yang...."
"Dan kamu bisa dapatkan itu dari Lea?"potong Lulu.
"Iya...aku merasa hubungan yang lebih hidup dan menantang,"jawab Emir.
"Jangan salah faham Lu,kami tidak sampai sejauh yang kamu fikirkan. Kami hanya..."
"Cukup. Selamat atas hubungan kalian dan terimakasih telah menjadikan aku sebagai orang bodoh selama ini. Resmikan hubungan kalian secepatnya dan tak perlu mengundangku. Permisi,"ucap Lulu lalu segera beranjak. Membawa hatinya yang remuk. Sejak hari itu mereka tidak pernah lagi berkomunikasi.
Untuk kesekian kalinya Lulu menghela nafas. Denting notifikasi dari aplikasi berwarna hijau kombinasi putih menghentikan lamunannya. Dibacanya pesan dari seseorang. Sejenak berfikir,langkah apa yang harus di tempuhnya. Tak lama kemudian dia tersenyum,lincah jemarinya mengetik pesan lalu mengirimkannya pada dua nomor yang berbeda.
"Kita ketemu besok di tempat dulu terakhir kita bertemu".

                                                                ***************

Dan akhirnya di sinilah sekarang dia berada. Sebuah cafe yang menjadi saksi berakhirnya hubungan mereka dua tahun lalu. Tak lama kemudian sosok yang dia tunggu akhirnya datang,Emir. Dengan senyum manisnya Emir melangkah menuju ke tempat Lulu berada.
"Sudah lama?"tanyanya.
"Baru saja,"jawab Lulu singkat.
"Aku senang kamu menerima ajakanku untuk bertemu. Kamu masih seperti dulu malah tambah cantik sekarang,"pujinya. "Kamu mau pesan apa?"lanjutnya kemudian.
"Nanti saja,Mir. Kita langsung saja,kamu ngajak ketemuan untuk apa?"tanya Lulu tanpa basa-basi.
"Aku ingin minta maaf atas kesalahanku yang lalu,aku sungguh menyesal".
"Kenapa? Bukannya kalian saling mencintai?"
"Semuanya tak seindah hayalan,manisnya hanya di awal pernikahan kami,Lu. Pernikahan kami baru jalan setahun dan semuanya mulai terasa hambar. Mungkin ini karma. Lea tidak seperti kamu yang penurut dan lembut. Dia terlalu banyak menuntut dan selalu ingin dituruti. Aku menginginkan segera memiliki anak sementara dia ngotot ingin menundanya,setidaknya sampai tiga atau empat tahun lagi dengan alasan dia masih ingin bebas hangout,sama seperti saat pacaran dulu. Dia tidak sedewasa kamu dalam bersikap. Dia..."
"Dia adalah istrimu Emir,dia adalah pakaianmu dan kamu adalah pakaiannya. Sebagai mana fungsi pakaian,kalian hendaknya saling menutupi aib masing-masing".
"Tapi Lu',aku...".
"Hai..."seru Lulu memotong ucapan Emir. Tangannya melambai kepada seseorang yang baru saja memasuki cafe,Lea. 
"Kamu..."ucap Lea dan Emir hampir bersamaan.
"Duduk dulu Lea. Maaf kalau kalian berdua terkejut. Saya sengaja mempertemukan kalian di sini supaya tidak terjadi kesalah fahaman di antara kita. Saya tidak tahu masalah apa yang sebenarnya kalian hadapi dan meskipun saya tahu,saya tidak ada minat untuk ikut campur. Silahkan selesaikan urusan kalian tanpa melibatkan saya".
"Maksud kamu apa Lu,"tanya Lea.
"Cepat atau lambat kamu pasti akan tahu kalau Emir pernah menghubungi saya. Saya hanya tidak ingin kamu salah faham. Kami hanya saling bertanya kabar,tidak lebih. Hari ini setelah dua tahun berlalu,aku menerima ajakannya untuk bertemu hanya sekedar silaturahim,itu makanya saya juga mengajakmu. Anggap saja aku membantu kalian untuk bertemu untuk saling terbuka tentang keluh kesah kalian masing-masing."
"Tapi Lu..."
"Maaf Emir,ini mungkin sedikit membuatmu kecewa tapi saya harap kamu tidak terbawa emosi sesaat. Kita bukan anak ABG lagi. Semua masalah bisa diselesaikan. Kalian,bicaralah dari hati ke hati. Kalian berdua saling mencintai,kalian pun menyadari itu.Hanya saja ego kalian terlalu tinggi untuk saling terbuka. Bicaralah,saling jujur apa yang mengganjal di hati kalian".
"Aku malu Lu,mungkin ini karma karena aku telah menghianati pertemanan kita. Maaf..."isak Lea.
"Tak ada yang perlu dimaafkan,semua sudah berlalu,saya sudah ikhlas. Justru berkat kalian saya bisa lebih dewasa dalam bersikap".
"Lu,aku..."
"Tak perlu minta maaf kepadaku Mir,tapi minta maaflah pada istrimu. Saya yakin Lea pasti bingung dan khawatir kamu yang sepekan ini tiba-tiba tidak pulang ke rumah. Bersikaplah lebih dewasa Mir,jangan pake acar menghilang segala,"terang Lulu panjang lebar.
"Lulu maaf...aku telah menghianati persahabatan kita"kata Lea. Isaknya semakin terisak.
"Sudah...tak usah di ungkit lagi. Selesaikan urusan kalian. Saya harus pergi sekarang. Jangan menghubungi saya sebelum urusan kalian selesai,"kata Lulu diusapnya bahu Lea,pelan sambil tersenyum. "Saya pamit duluan,"sambungnya lalu melangkah meninggalkan cafe. Meninggalkan sepasang suami istri yang hanya bisa menatap kepergiannya.

                                                                    *******************

Lulu melangkah,meninggalkan cafe,meninggalkan kenangannya. Bohong jika dia setegar karang,ada nyeri di relung hatinya,ada bening yang mendesak di sudut matanya. Bayangan kebersamaan mereka menggoda lembar memorinya. Tetapi setidaknya dia bisa lega. Dia memenangkan sengketa rasa di hatinya. Mengihlaskan dan berdamai dengan masa lalu.
"Semuanya usai. Cukup sampai di sini,"bisiknya.









Komentar

Postingan populer dari blog ini

Blog Sebagai Sarana Pembelajaran

Pertemuan Pertama_ "kau yang ku tunggu"