Rumpi Sandal Jepit

                                       

Sore yang cerah....

Sejatinya,sore ini aku akan mengajak "si Bungsu Sementara" berjalan-jalan ke kompleks pesantren dekat rumah. Menikmati sore yang cerah,ditemani ubi goreng dan sarebba (minuman dari rebusan gula merah dan jahe,sejenis bandrek) yang di jual di kantin asrama,sambil menonton pertandingan futsal antar santri, sepertinya ide menarik,pikirku. Segera ku mandikan "si Bungsu Sementara".

Setelah mandi,tubuh mungil itu ku baluri minyak telon lalu ku taburi bedak bayi. Aroma khas perpaduan dari ke dua produk bayi itu seketika menguar menyapa indra penciuman. Popok dan sepasang baju lengan panjang telah selesai ku pakaikan padanya. Sepatu dan kupluknya pun telah berada pada mode siap otw. Seakan tahu akan di ajak jalan-jalan, si kecil empat belas bulan itu sangat riang, hilir mudik dengan langkah kecilnya sambil tak henti-hentinya berceloteh.

"Eh...ade' Ziid dah gwanteng,dah wangi,mau ke mana?"Pertanyaan itu langsung menyambut kami begitu keluar dari pagar. Ternyata beberapa emak-emak kompleks lagi reunian di teras Bude Ochi,tetangga depan rumah. Singkong rebus yang masih mengepul plus dabu-dabu lemon menemani  kegiatan sore mereka.

"Ade' Ziid mau main Bude,mau nonton futsal,"jawabku mewakili si Bungsu Sementara yang tentu saja belum bisa menjawab pertanyaan itu.

"Eh...Umi' so taukah tentang aturan baru naik motor?,"tanya Tante Salma dengan logat Manadonya.

"Aturan yang mana Tan?"tanyaku."Alamat gagal nonton futsal nih,"bisikku dalam hati.

"Itu ee...larangan naik motor pake sandal jepit,"sambar Mama Opo'.

"Iya Umm, tadi torang so baca beritanya di FB,so rame,tapi masih daerah Jawa sana,nda' lama so tatular sampe kamari itu aturan ee...,"Tante Salma tancap gas langsung gigi empat.

"Addoh...nda' bisa sa bayangkan toh,torang naek motor pake daster pake sapatu,"Mama Opo' galau

"Iyyo ee...kanapa juga ini pamarintah e,talalu dant dorang bekeng aturan. Nyanda bisa sa bayangkan toh,torang ditilang lantaran pake sandal jepit naik motor,"Tante Salma nyalip lagi.

"Bukan ditilang Bu,hanya dikasih arahan saja,"jawabku sambil menyuapkan singkong rebus ke si kecil.

"Awalnya cuma larangan,lalu dianggap melanggar,ujung-ujungnya ditilang. Endingnya sudah terbaca,seperti sinetronnya ikan terbang."giliran Bude Ochi menyuarakan isi hati

"Lah kok,pake bawa-bawa sinetron segala Bude?". Dan pertanyaanku tidak mendapatkan jawabannya lagi. Mereka sudah asyik membahas alur sinetron favorit mereka,aku sendiri sibuk dengan si Bungsu Sementara dan singkong rebus plus dabu-dabu lemonnya. Pembahasan mereka beralih dari satu sinetron ke sinetron lainnya. 

Hari semakin sore,aku pamit pulang. Mereka masih ngerumpi...saling salip...lalu terbahak bersama. 




Komentar

  1. Wah.. sore yang indah.. terasa kehangatan bertetangga. Lucu banget ya.. Kehadiran bahasa daerah membuat cerita menjadi unik. Senang sekali membacanya...💗

    BalasHapus
  2. Kereeen umm senyum senyum aku bacanya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Blog Sebagai Sarana Pembelajaran

Pertemuan Pertama_ "kau yang ku tunggu"