Hujan dan Kenangan
Hujan...pagi yang syahdu. Emak dan Bapak baru saja keluar, bergabung dengan kerabat lain, setelah memberikan wejangan-wejangan penuh cintanya. Kembali sendiri,terpaku menatap air yang jatuh dari cucuran atap. Wangi melati memenuhi penjuru kamar yang kutempati. Suasana sunyi, sangat kontras dengan suasana di luar kamarku yang ramai, seakan-akan mereka tak terpengaruh dengan betahnya hujan sejak subuh tadi.
Entah mengapa hujan pagi ini kembali mengingatkanku padamu. Ingatan yang lancang membuka lembar usang bersampul masa lalu. Ada sesak yang menghampiri, menyapa dinding lupa yang coba ku bangun. Lima tahun bukan waktu yang singkat untuk menata hati. Coba mengihlaskan apa yang terjadi dan meyakini bahwa akan ada hikmah luar biasa yang telah disiapkan olehNya.
Hujan yang sama, pagi yang sama, tempat yang berbeda, tepat lima tahun lalu, ketika tiba-tiba engkau datang meminta kembali cincin pengikat yang sebulan sebelumnya, di depan keluarga besarku, engkau berikan untuk disematkan di jari ini. Cincin yang semestinya sebulan lagi akan terganti dengan cincin pernikahan kita.
"Tapi kenapa? Setidaknya beri aku alasan", ucapku tak percaya.
"Maaf Ain... Selama ini aku berfikir bahwa kamu bisa mengisi kekosongan hatiku, tapi ternyata itu salah. Aku tahu ini mungkin terdengar menggelikan dan childish. Yuni telah kembali, perasaan kami ternyata masih sama dan kami sepakat untuk melanjutkan kisah kami",jawabmu.
"Lalu aku ini apa bagimu?", tanyaku lagi
"Kamu sahabatku, wanita solehah yang dipilihkan orangtuaku. Selama ini aku nyaman bersamamu, tetapi aku tidak yakin rasa itu akan berubah menjadi cinta. Aku akan menjelaskan semua ini kepada keluarga besar kita," ucapmu penuh keyakinan.
Jangan tanya apa yang kurasa. Sakit, sedih, kecewa dan... malu tentunya. Syukurnya, ayah, ibu dan saudara-saudaraku selalu memberi support terbaiknya. Aku pasrah, mungkin kita memang hanya ditakdirkan sebagai teman, tidak lebih.
"Sabar nduk, Insya Alloh semua ada hikmahnya. Yakini bahwa Alah telah menyiapkan imam terbaik untukmu di waktu yang tepat. Emak sama Bapak selalu mendo'akan kebahagianmu", kata emak menguatkanku.
Setelah kejadian itu, aku memutuskan untuk pindah ke kota lain mengikuti saudaraku. Tak ku hadiri pesta pernikahanmu, bukan karena sakit hati, lebih ke harga diri. Tetapi tulus ku panjatkan do'a untukmu. Semoga pernikahan kalian penuh berkah, sakinah mawaddah wa rohma hingga maut memisahkan. Biarlah segalanya berlalu seiring berjalannya waktu. Di tempat yang baru ini, ku mulai segalanya dari awal. Telepon darimu tak pernah lagi ku jawab. Bukan karena marah atau pun memutus silaturrahim, tetapi aku butuh waktu, terlebih lagi ada hati yang bener-benar harus engkau jaga.
Hujan telah reda, berganti gerimis. Kembali ku hela nafas, semuanya telah berlalu, lima tahun telah terlewati dan semuanya telah baik-baik saja. Ku pandangi pantulan di cermin,wajah dengan polesan make up natural, cantik. Tak ada lagi wajah lugu yang dulu. Sembuh. Mungkin luka itu masih ada, tapi sakitnya sudah tidak terasa sama sekali. Hari ini semua kisah itu akan berganti kisah baru. Hari ini adalah hari awal dari masa depanku. Bersamanya....
"Saya terima nikahnya 'Ainun Jariyah binti Muhammad Yunus dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai...."
"Bagaimana para saksi? Sah...."
"SAH..."
Komentar
Posting Komentar